Senin, 29 September 2014

Aku Ingin Kebahagiaanmu Terjamin Olehnya



Aku masih merasakan sesak yang sama. Aku tau bahwa pada akhirnya aku akan sesedih ini, aku berusaha menghindari air mata sekuat yang aku bisa. Tapi, kautau, aku adalah wanita yang tidak kuat menahan kesedihan. Seberapa dalamnya perasaanku, seberapa kuat cinta makin menerkamku, dan seberapa hebat senyumnya bisa begitu meneguhkan langkahku.

Kamu pasti tau seberapa dalam perasaanku padamu dan betapa aku takut perbedaan aku dan kamu menjadi jurang. Aku tak pernah memikirkan perpisahan selama ini, tapi ternyata yang begitu tak ingin kau pikirkan pada akhirnya terpaksa masuk otakku. Aku dan kamu tak lagi seperti dulu. Sapanya tak lagi sehangat dulu, senyumnya tak semanis dulu, dan tawanya tak serenyah dulu. Aku tak tak tau perubahan macam apa yang membuatmu begitu berbeda.

Tak mungkin kau tak paham bahwa aku jatuh cinta padamu. Aku terlalu banyak diam dan memendam, mungkin disitu kesalahanku. Terlalu egois mengatakan dan terlalu takut mengungkapkan. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa dan tak bisa mengkambinghitamkan siapa pun. Bukankah dalam cinta tak pernah ada yang salah ?

Mengetahui kenyataan yang mencekam seperti itu, aku jadi malas tersenyum dan berbicara banyak tentang perasaanku pada orang lain. Aku malah semakin belajar menutup rapat-rapat  mulutku pada setiap perasaan yang minta di ledakkan lewat curhat-curhat kecil.

Berbahagialah kamu bersama dia. Setiap melihatmu dengan dia, aku berusaha meyakinkan diriku, bahwa aku juga harus ikut berbahagia melihatmu dengan nya. Sejatinya, cinta adalah ikhlas melihat orang yang kucintai bahagia meskipun ia tak pernah menjadikanku pilihan satu-satunya.

Tenanglah, aku sudah melupakanmu. Sudah ada seorang yang baru, yang tak begitu kucinta, tapi kehadirannya bisa sedikit mengundang senyum dibibirku. Aku tak tau, apakah perasaan pada dia itu adalah cinta. Aku tak berusaha memahami, apakah hubungan yang kami jalani selama ini adalah ketertarikan sesaat atau hanya sarana untuk menyembuhkan luka hatiku? Kami tertawa bersama, menghabiskan waktu berdua, tapi segalanya terasa biasa saja. Tak ada ledakkan yang begitu menyenangkan ketika aku bertatap mata dengannya.

Semakin aku berusaha melawan, semakin aku tak bisa menerima bahwa segalanya tak lagi sama. Aku tak lagi sama. Aku tak ingin ingatanku dan perasaanku yang dulu begitu besar pada masalalu menjadi penyiksa untuk dia yang ingin membahagiakan aku kelak. Aku hanya berusaha mengerti yang terjadi dan berusaha pasrah dengan kenyataan yang memang harus kuketahui. Aku tak ingin lagi di bohongi oleh kesemuan yang membahagiakan, lebih baik kenyataan yang memuakan tapi penuh kejelasan.

Aku ingin kebahagiaanmu terjamin olehnya. Aku ingin kamu bahagia dengannya. Disini, aku tak bisa berbuat banyak, selain membantu dalam doa. Aku tak sempat membuatmu tersenyum dan biarkan saja kamu tak tau ada seorang yang terluka diam-diam disini.


THE END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar